Cari Blog Ini

Jumat, 27 Maret 2020

Kisah si kecil Corona

Semua orang saat ini tak habis-habisnya membahas tentang Corona sebutan lain dari Covid 19. Corona menjadi suatu momok yang menakutkan untuk sebagian besar orang di seluruh dunia. Saya hanya ingin mengambil topik dari sisi lain, yaitu dampak perubahan tatanan sosial yang terjadi di masyarakat dunia dan khususnya masyarakat Indonesia.

Beberapa tahun yang lalu saat whats app mewabah begitu pesat menggantikan BBM (Black berry Messenger), banyak para pengamat sosial membuat tulisan tentang dampak WA yang hampir melanda seluruh lapisan masyarakat, dari yang ekonomi biasa saja sampai kalangan jets set. Wabah WA saat itu sangat dikhawatirkan oeh para pemerhati sosial  karena akan merusak tatanan kehidupan terutama dalam suatu keluarga. Dulu sebelum adanya WA, mungkin HP saat itu masih sangat jadul, hanya bisa telepon dan sms, kehidupan keluarga masih terbilang harmonis, romantis, kekeluargaan dan sangat  humanis, meskipun tidak semanis saat teknologi HP belum ada.

Yang dikhawatirkan saat itu dan memang benar terjadi yaitu kurangnya komunikasi antar anggota keluarga. Saat sang ayah pulang, yang di pegang adalah HP, sambil tersenyum-senyum sendiri karena mungkin banyak hal yang lucu pada postingan di WAG, begitu pula sang istri sibuk komentar di grup arisan di WA. Akhirnya sepasang suami istri sibuk dan asyik dengan komunitasnya masing-masing. Mereka bicara ala kadarnya, saat isttr menyiapkan  makan di meja makan, lalu sang istri kembali mengambil hp nya, dan suami tidak perduli karena sambil makan suamipun makan sambil asyik main hp membaca postingan-postingan di grup.

Kalau sudah seperti ini, dimanakah letak romantisme suatu hubungan rumah tangga, komunikasi semakin jarang, suami hanya cukup melakukan kewajibannya mencari nafkah dan sang istri juga hanya cukup melayani makan, minum dan membereskan rumah, lalu setelah beres, mereka kembali kepada dunianya masing-masing. Hal ini pun terjadinpada pasangan yang telah memiliki anak. Kehadiran sang anak seharusnya bisa lebih merekatkan hubungan suami istri, namun faktanya tidak demikian. Saatsi anak mualia tumbuh dan alat inderanya sudah mampu menangkap pesan dari luar, sudah bisa tertawa saat melihat video lucu dari HP, maka oarang tua malah sengaja menjejalkan hiburan dari Hp tersebut yang membuat anak menjadi kecanduan gadget hingga tumbuh dewasa.

Akhirnya bisa dipastikan, ayah, ibu dan anak hidup dalam dunianya masing-masing, walaupun mereka tinggal dalam satu atap. Yang jauh jadi dekat dan yang dekat jadi jauh. Dampak mengerikan dari masalah ini adalah hampir tidak adanya kontrol orang tua terhadap anak. Maka jangan heran, mereka sangat liar di luar, tauran, geng motor, narkoba, pergaulan bebas hingga kasus Aborsi tumbuh sangat subur di negeri tercinta ini. Selain kurangnya kontrol ditambah tontonan video dari gadget yang tanpa filter. Penyesalan orang tua tidak mampu mengubah keadaan yang sudah terjadi.

Itulah tehnologi, perannya sangat besar dalam mengubah secara revolusioner tatanan kehidupan manusia. Maka dalam kehidupan seperti demikian ini, mungkin Tuhan marah kepada kita. Tehnologi yang merupakan anugerah dari Tuhan, seharusnya untuk kesejahteran manusia, namun fakta bicara lain, tehnologi malah mencabik-cabik sendi kehidupan yang sudah tertata rapi menjadi hancur berkeping-keping.

Maka dengan kekuasanNya, Tuhan menururunkan makhluknya untuk menghukum manusia agar kembali kepada tatanan yang baik dan benar. Makhluk itu bernama "Corona " si kecil yang mematikan. Daalam kurun 2 bualn saja manusia dibuat porak poranda, perekonomian dunia langsung  jatuh Bagaikan Raksasa yang tersungkur. Negara-negara Kuat seperti Amerika, Cina, Itali, Korea, Iran dll seperti habis babak belur tanpa perlawanan dihajar si kecil Corona. Negara- negara tersebut sampai rela menganggarkan Dana ratusan bahkan ribuan Trilyun untuk menghadapi si kecil ini, namun tetap tidak berdaya, bahkan korban yang berjatuhan bertambah terus secara eksponensial.

Disinilah Kekuasan Tuhan benar-benar ditunjukkaan olehNya. Baru satu jenis makhluk dditurunkan untuk menghukum manusia, seluruh manussia di dunia dibuat ampun ampunan, ibarat maling yang dihakimi massa, betul-betul babak belur.

Oh ya, jadi apa hubungannya dengan tulisan saya tentang wabah WA tadi?Baiklah, saya akan coba paparkan. Perama, setiap kehendak Tuhan, walaupun itu merupakan hukuman, pasti ada hikmah dibalik kejadian itu. Yang terjadi sekarang ini adalah hampier di setiap negara pemerintahnya menginstruksikan diberlakukannya Social Distancing dan Lock down.  Setiap orang dihimbau untuk tetap di rumah, bahkan dibeberapa negara mengambil tindakan tegas bagi warganya yang keluar rumah tanpa izin dari aparat setempat. Disini saya tidak akan membahas dari segi kesehatan tentang diberlakukannya Social Distancing atau Lock Down, tapi saya akan membahas dari sisi humaniti, sosial dan psikologis.

Dengan himbauan stay at home dari pemerintah, maka mau tidak mau waktu berkumpul dengan keluarga sangatlah maksimal. Tatanan keluarga mulai tertata kembali, yang tadinya waktu berkumpul bersama sangatlah jarang. Biasanya para ABG lebih sering kumpul dan nongkrong dengan teman-temannya, maka mereka sekarang lebih sering bercengkerama dengan keluarganya. Di situlah momen terbaik untuk kembali mempererat rasa kekeluargaan yang harmonis yang selama ini mungkin sudah pudar. Kemesraan kehidupan berumah tangga berangssur-angsur pulih dan bersemi kembali.

Kejahatan pun berkurang karena sebagian besar orang ada dirumahnya masing-masing. Rumah jadi aman dari maling atau rampok, kedekatan emosional antar anggota keluarga semakin terpupuk dengan semangat mengahadapi ancaman di luar dari ssi kecil CORONA.

Moga tulisan yang tidak ada artinya ini sedikit mampu memberi arti dalam ruang pikiran kita. Tidak lupa penulis dengan penuh kerendahan hati menanti kritikan-kritikan yang membangun atau lontaran-lontaran yang akan meghidupkan diskusi kita di kolom kementar.

Terima kasih dari saya yang telah sudi membaca tulisan saya yang pasti banyak sekali kekurangannya.


Salam Sehat Keluarga Indonesia.

4 komentar: