Cari Blog Ini

Sabtu, 19 Maret 2011

Malangnya sikecil

Pagi itu udin bangun pukul setengah 7 . Udara segar mengalir keluar masuk melalui hidungnya yang mungil ditengah usianya yang baru menginjak 3 tahun. Dengan masih setengah ngantuk si udin berjalan menyisiri jalan raya, dengan dituntun oleh ibunya( saya tidak tahu apakah itu ibunya sungguhan atau bukan). Ketika sampai pada perempatan lampu merah sang ibupun memberikan semacam perintah kapada si udin agar menghampiri mobil- mobil yang baru saja berhenti karena lampu merah.

 Dengan tangan mengadah, ia mengetuk pintu kaca mobil. Beberapa mobil pribadi hampir tidak membukakan kaca pintu mobil, bahkan sebagian ada yang dengan mata melotot, menghardik si udin yang masih lugu itu dengan suara keras. Si udin yang tentu saja masih terlalu lugu itu, langsung terlihat seperti ketakutan dan akhirnya menangis. Lalu sang "ibu" mencoba menenangkan si udin dan berusaha menghiburnya agar si udin tidak kapok untuk melakukan lagi usahanya itu. Dan dengan sedikit iming-iming bahwa ia akan dibelikan es dan permen, akhirnya si udin berani mencoba lagi mendekati mobil-mobil yang berhenti tersebut.

 Rupiah demi rupiah dikumpulkan oleh si udin dari tangan-tangan orang masih menaruh rasa iba pada si udin, dan diserahkan  seluruhnya kepada si "ibu". Lalu sang ibu tersenyum puas melihat hasil hari itu yang cukup lumayan. Ketika matahari mulai terik, si udin terlihat sangat lelah dan mulai ngantuk. Lalu si ibu membeli makanan yang ada di pinggir jalan dan minuman es yang berwarna-warni. Tanpa cuci tangan lagi, si udin mulai menyantap nasi bungkus dengan telur dadar dan kuah ala kadarnya. Setelah cukup kenyang, si udin mulai tak mampu menahan kantuknya, dan akhirnya udinpun tidur di tepi jalan dengan beralas koran bekas dan berbantal kain dari sang "ibu".

Kini tiba giliran sang ibu yang mengiba-iba kepada setiap orang yang lewat dihadapannya. Namun setelah beberapa jam, ternyata hasil yang diperoleh sang ibu tidak seberapa dibanding dengan hasil yang diperoleh si udin. Merasa tidak memenuhi target, akhirnya ibu tersebut membangunkan si udin yang masih .itu untuk kembali bekerja. tentu saja si udin yang masih balita itu menangis karena tidurnya yang lelap itudi usik oleh ibu tersebut. Sang ibu yang cerdik itu lang sung membelikan es dan permen kesukaan udin, akhirnya tangis udinpun reda. Lalu dengan sisa tenaga yang ada dan kondisi setengah mengantuk, udinpun kembali menghampiri mobil-mobil yang berhenti. Menjelang maghrib udinpun disuruh berhenti oleh ibunya, sambil makan gorengan , si udin memperhatikan si ibu yang tengah menghitung uang hasil usaha si udin.
   Sambil tersenyum, si ibu mengusap- usap kepala si udin. Lalu si ibu menuntun udin ke suatu tempat yang sangat sepi, setelah merasa tidak ada lagi orang yang memperhatikannya, maka si ibu pun sambil menggendong udin masuk ke sebuah mobil carry yang nampaknya sudah menunggu sejak bebrapa menit yang lalu. Ternyata di dalam mobil itu sudah ada beberapa orang yang modelnya sama seperti si ibu dan si udin.